Untung 2 Income dari Seller to Buyer
Oleh: Anonymous Ngantang
MALANG – Berburu cuan memang penting, dan sangat penting. Kalaupun ada jargon “uang bukan segalanya”, dilihat konteksnya dulu. Konteks itu arahnya kemana, kalau konteksnya berbackground moralitas dan spiritualitas, beda lagi ceritanya.
Tanpa cuan, dapur rumah tangga dipastikan bakal sunyi senyap. Beda kalau cuan mondar-mandir, suara sendok dan piring tak mungkin bakal nyaring. Mau suara nyaring bagaimana, kalau diatas piring tersedia makanan, dan sendok tak bakalan mengeluarkan suara nyaring saat bertabrakan dengan piring.
Tak cuma itu, anak-anak butuh lembaran kertas atau logam bernilai IDR, kalau ini tidak tersedia, sudah pasti ada sesuatu yang bisa ditebak selanjutnya. Setidaknya, ada ketersediaan untuk anak-anak sesuai batas ukur kemampuan ekonomi kita sendiri.
Selain itu, “hukum alamiah” berjalan setara dari masa ke masa, yaitu ketercukupan ekonomi dari suami ke istri. Jadi, kalau istri pada posisi “tensi tinggi” karena tipisnya lembaran IDR, hal itu sangatlah wajar. Sebaliknya, ketika lembaran IDR agak sedikit “berlembar-lembar”, ujung-ujungnya mempengaruhi aura di dalam rumah, termasuk turunnya tensi seorang istri.
Di jaman sekarang, kerja keras wajib dilakukan, lapangan kerja minim, wirausaha adalah solusinya. Apapun jenis wirausaha itu, sudah pasti ada problem. Mustahil suatu upaya kemandirian kerja tanpa ada problem.
Jangankan yang kemandirian kerja, yang perusahaan segede apapun, kalau salah manajemen atau eksekusi, minim produksi atau pendapatan, serta faktor lain yang berdomino effect pada keuangan, perusahaan itu bisa dinyatakan pailit, ujung-ujungnya bangkrut.
Semua upaya wirausaha, ada pasang surut, dan itu sudah pasti. Apalagi ketika wirausaha itu memulai “mindset A” alias mengawali suatu usaha baru, hampir 90% ada kendala mengiringinya. Jadi, kalau kita mengalami problem mengawali suatu usaha baru, tak usah minder atau mundur, karena itu hal yang wajar.
Contohnya beberapa waktu lalu, Argentina tidak menutup kemungkinan tak bakalan juara Piala Dunia, andaikata di awal mereka menang lawan Arab Saudi. Faktanya, secara mengejutkan Argentina dikalahkan Arab Saudi. Dari kekalahan itu, mereka berbenah, sekaligus mengoreksi apa yang salah.
Dari contoh itu, kita kembalikan ke profesi masing-masing sesuai kapasitas maupun latarbelakang. Kita comot satu profesi yang bisa dikatakan pemanfaatan kendaraan roda empat. Roda empat yang dimaksud tidak harus mewah, yang bekas asal layak jalan dan lengkap surat, tetap bisa menghasilkan cuan.
Besar kecil cuan bisa dikatakan relatif, karena rejeki tak bisa diatur manusia, apalagi ditentukan. Yang terjadwal dan terencana saja, masih bisa meleset, apalagi yang asal-asalan.
Ada 2 jarak dalam jasa antar jemput, yaitu jarak jauh dan jarak pendek. Kalau jarak pendek, dipastikan waktu tempuh seimbang dengan kebutuhan waktu si pengguna jasa antar jemput.
Beda lagi kalau jarak jauh, kalau yang ini, bisa dibedakan 2 tujuan, berlibur atau bertandang ke rumah saudara atau teman. Kalau yang bertandang ke rumah saudara atau teman, sangat kecil kemungkinan akan beristirahat di tempat penginapan, tapi kalau yang liburan, beda lagi ceritanya.
Kalau yang liburan ini, bisa ada 3 alternatif, yaitu pulang pergi, menginap di rumah saudara atau teman, dan istirahat di tempat penginapan. Disinilah peluang emas itu ada, yaitu “bisnis dibalik bisnis”, artinya bisnis ini menghasilkan 2 income berbeda.
Walaupun, belum tentu ada kesepakatan, artinya “deal or no deal” tergantung “kemapanan ekonomi” si pengguna jasa antar jemput. Namun, ada faktor “plus”, yaitu tersebarnya “informasi tanpa iklan berbayar” bahwa kita bisa menjual “room” dari berbagai tempat penginapan secara online, entah itu “pay at hotel” atau prepaid.
Medsos, belum tentu mampu menjadikan “order”, 99,99% hanya “comment” dan “like”, berujung perkenalan sebatas pertemanan. Masuk ranah bisnis dari medsos, kita harus sadar diri, siapa kita, public figure atau orang biasa.
Memang, mau tidak mau harus diakui, menjual room tidak sama dengan jualan makanan atau minuman. Kesepakatan 1 pihak tidak dapat dinyatakan absolut, beda lagi kalau 2 pihak (pengelola penginapan dan customer), itupun masih bisa terjadi “no deal”, ujungnya “cancel”.
Keuntungan dari “bisnis dibalik bisnis” tidak cuma ada di sektor jasa antar jemput, sektor lain juga berpotensi, tergantung kitanya mau apa tidak. Contohnya usaha jualan kaos, rata-rata pembeli kaos di tempat-tempat wisata, bukanlah orang sekitar lokasi.
Disinilah peluang itu ada, walaupun tidak menutup kemungkinan prosentasenya beda-beda, tergantung lokasi wisata itu ada. Namun, peluang menawarkan jual beli online tempat penginapan di tengah bisnis kaos, tetaplah ada. Entah itu pengamatan sepintas atau hanya sekedar mengamati, “sugesti” si penawar kepada customer lebih cenderung pada perempuan ketimbang laki-laki, “belive it or not”.
Butuh waktu untuk merespon publik, khususnya customer yang sering keluar masuk penginapan. Tapi, bukan berarti pesimis diatas optimis, justru sebaliknya. Semua kelancaran usaha butuh waktu, tidak ada yang instant dalam dunia nyata, semua butuh proses.