NEWS

Telusur Wayang: Wayang Gremeng

CMN 101 – Wayang gremeng adalah istilah umum dalam seni pertunjukan tradisional yang merujuk kepada pertunjukan wayang yang diiringi dengan suara dari mulut yang bunyinya mirip dengan bunyi gamelan. Kesenian ini hidup dan berkembang di daerah Tegal, Jawa Tengah.

Seperti kebanyakan pertunjukan wayang, wayang gremeng dibawakan oleh seorang dalang dalam menyampaikan narasi dan dialog ceritanya, dibantu oleh beberapa nayaga yang membunyikan iringan dengan mulut mereka, dan menggunakan pakeliran, serta wayang-wayang.

Kebanyakan cerita yang dibawakan adalah kisah Mahabharata. Di daerah Banyumas, wayang gremeng dikenal dengan nama wayang jemblung. Tokoh penting dalam pertunjukan wayang gremeng antara lain Slamet Gundono dan Enthus Susmono, meskipun mereka berdua juga menggeluti wayang konservatif.

Slamet Gundono adalah dalang berkebangsaan Indonesia. Ia lebih dikenal sebagai wayang suket. Wayang hasil kreasinya itu kali pertama digelar di Riau, dengan lakon Kèlingan Lamun Kélangan (Ingat Kalau Kehilangan), tahun 1997.

Ciri khas penampilan Gundono adalah menjadikan dirinya sebagai pusat pentas. Kadang dia bertindak sebagai aktor yang memerankan tokoh wayang, atau jadi pesinden yang menyanyi, atau jadi pemusik dengan kentrung di tangannya. Pada 2005, Slamet Gundono menerima penghargaan Prince Claus Awards dari pemerintah Kerajaan Belanda.

Ki Enthus dibesarkan dari lingkungan keluarga dalang. Ia adalah anak semata wayang Soemarjadihardja, dalang wayang golèk Tegal dengan istri ke-tiga bernama Tarminah. Bahkan kakek moyangnya, R.M. Singadimedja, merupakan dalang terkenal dari Bagelen pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat di Mataram.

Ki Enthus, begitu sapaannya, dengan segala kiprahnya yang kreatif, inovatif serta intensitas eksplorasi yang tinggi, telah mengantarkan dirinya menjadi salah satu dalang kondang dan terbaik yang dimiliki Indonesia. Pikiran dan darah segarnya mampu menjawab tantangan dan tuntutan yang disodorkan oleh dunianya, yaitu jagat pewayangan.

Gaya sabetannya yang khas, kombinasi sabet wayang golek dan wayang kulit membuat pertunjukannya berbeda dengan dalang-dalang lainnya. Ia juga memiliki kemampuan dan kepekaan dalam menyusun komposisi musik, baik modern maupun tradisi. (red)

%d blogger menyukai ini: