NEWS

Restoran Cepat Saji Jadi Target Kerja

CMN 101 – Pada 1840-an, puluhan ribu imigran menuju ke California mencari emas demi menjadi kaya dengan cepat, termasuk sejumlah orang Jepang. Mungkinkah pemuda dan pemudi Jepang sekarang ingin pergi ke tempat yang sama untuk menjadi pemasak, lebih tepatnya orang yang kerjanya cuma membolak-balik burger?

Sepertinya pemikiran ini tak masuk akal. Tetapi media Jepang belakangan tampak “bersemangat” melaporkan undang-undang ketenagakerjaan baru di California, memungkin pekerja di restoran cepat saji untuk segera mendapatkan upah US$ 22 per jam.

Pada level yen saat ini, jumlahnya hampir ¥3.300 atau mendekati empat kali upah minimum rata-rata Jepang. Dengan 40 jam seminggu, gaji itu akan menjadi dua kali lipat dari yang bisa diharapkan oleh lulusan baru universitas terbaik Jepang di bank-bank besar negara yang bergengsi.

Seorang pengamat, sebagaimana dikutip The Washington Post, mengatakan perbedaan yang ada membuat bekerja di Jepang sekarang “tampak bodoh.” Kelemahan historis yen sebenarnya bukan masalah selain menggambarkan adanya kesenjangan.

Namun, bersamaan dengan meningkatnya inflasi, yen mengungkap pula kenyataan buruk. Menurut standar internasional, pekerja keras Jepang dibayar sangat rendah.

Ini adalah warisan dari beberapa dekade pilihan konservatif dari manajemen perusahaan dan pekerja. Upah rata-rata Jepang sangat datar selama sekitar 30 tahun terakhir dan berada jauh di bawah rata-rata upah di negara-negar OECD.

Perusahaan menjadi terobsesi dengan pemotongan biaya. Alhasil, mereka juga menjadi terlihat dalam keadaan cukup baik, dengan cadangan kas dan margin keuntungan yang melonjak.

Tapi efek knock-on dari yen yang babak belur dilanda inflasi sekarang berarti pendapatan riil para pekerja sedang diperas kuat. Di lain pihak, Apple Inc. menggembar-gemborkan harga yang tidak berubah dari jajaran iPhone tahun ini.

Faktanya, konsumen Jepang membayar lebih dari 20% lebih banyak untuk iPhone 14 dibanding dengan model tahun lalu. Bisa ditebak, penjualan di salah satu wilayah utama Apple kini adalah yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran termmasuk bahwa kaum muda bakal pergi mencari peluang di luar negeri.

Sebaliknya, perawat (care giver) dan pekerja konstruksi serta pabrik yang terus dibujuk Jepang untuk datang dari negara lain mungkin kini menganggap Jepang sebagai tujuan yang kurang menarik ketika mereka menghitung berapa nilai upah mereka di tanah air sendiri. Dan, mungkin saja pada akhirnya mereka juga akan ramai-ramai menuju California. (red)

 

%d blogger menyukai ini: