Ngopi Bareng Pak Dirjen Holtikultura, Kucurkan KUR Untuk Sukseskan Alpukat Pameling Menuju Indonesia Emas
PASURUAN – Indah Megawati selaku Direktur Pembiayaan Pertanian RI, menjelaskan teknis seputar akses KUR untuk permodalan petani di sektor pertanian, khususnya budidaya alpukat. Permodalan tersebut diatur sesuai prosedur di dunia perbankan, sebagaimana penerapan pendanaan KUR kepada petani, salah satunya petani alpukat.
Hal itu disampaikannya saat kunjungan kerja Dirjen Holtikultura Pertanian RI, Dr. Ir. Prihasto Setyanto, M.Sc saat berkunjung di Desa Krain, Purwodadi, Pasuruan (Kamis,15/9/2022). Kunjungan bertajuk “Ngopi Bareng Pak Dirjen Holtikultura” diikuti seluruh ME (Marketing Eksklusif), KA (Koordinator Area) dan petani alpukat mitra PT. Agro Sari Tunggal dari Pasuruan serta Malang Raya.
“KUR ini nantinya menjadi dasar permodalan kepada petani dari pihak bank. Dari permodalan ini, diharapkan ada dampak positif dari produktifitas budidaya alpukat. Prosedur KUR tetap mengacu pada persayaratan dan ketentuan dari pihak bank.”
Direktur PT. Agro Sari Tunggal, Eko Handoko membenarkan kunjungan Dirjen Holtikultura tersebut, sekaligus komitmen untuk meningkatkan produktifitas alpukat di level pasar internasional. Produktifitas tersebut didukung dengan kucuran perkreditan lunak KUR (Kredit Usaha Rakyat), sebagai permodalan petani alpukat.
“Permodalan ini dikuatkan dengan Bank BRI dan Bank Jatim selaku pendana KUR kepada petani. Melalui KUR ini ada kerjasama antara pihak bank dengan petani selaku pelaku. Kedepannya, kita optimis permodalan yang dikucurkan pihak bank akan memicu produktifitas alpukat, khususnya alpukat Pameling.”
Terkait produk unggulan alpukat Pameling, dijelaskan Eko Handoko, alpukat ini diharapkan menjadikan petani naik level ke taraf pengusaha sektor pertanian. Naiknya level itu harus sudah terencana, dan petani berpikir ‘desain by desain’ ke arahnya.
“Kita berharap, semua petani alpukat, khususnya Pameling, punya masterplan. Apa itu masterplannya? Apa yang mau ditanam? Berapa permodalan yang dibutuhkan? Teknis perawatannya seperti apa? Mau dikemanakan pasar penjualannya? Provit yang didapat petani terukurnya berapa? Ini semua harus ada desain by desain. Desain by desain itu dari masterplan petani itu sendiri.” (red)