Nasi Jamblang: Pemadam Kelaparan bagi Pekerja Proyek Anyer-Panarukan
CIREBON – Sebuah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah ini sering menjadi tempat transit bagi para pelancong yang hendak menelusuri Pulau Jawa dari sisi barat. Cirebon juga memiliki daya tarik lain seperti Kesultanan Cirebon, Empal Gentong, dan Nasi Jamblang.
Apa itu Nasi Jamblang? Nasi Jamblang pada dasarnya adalah nasi rames yang dibalut dengan daun jati. Nasi sebagai makanan pokoknya, sedangkan “Jamblang” diambil dari nama salah satu desa yang berada di Cirebon.
Nasi Jamblang seakan menjadi makanan wajib bagi masyarakat setempat, khususnya untuk makan pagi. Menikmati kelezatan Nasi Jamblang dapat mendukung hari yang menyenangkan karena dimulai dengan kenikmatan dan energi yang diisi dengan baik.
Cirebon adalah daerah yang dilalui oleh Jalan Pantura atau Jalan Anyer-Panarukan, program Deandles. Pada masa lampau, pembangunan jalan tersebut melibatkan banyak masyarakat Cirebon. Seperti yang kita tahu, proyek ini tidak memberikan kesejahteraan yang layak dan cukup bagi para pekerjanya.
Ketidaklayakan upah ini mengharuskan para pekerja untuk membawa bekal dari rumah agar tidak kelaparan. Namun, bekal yang dibawa seringkali sudah basi karena lebih dari 10 jam tidak dimakan atau dihangatkan. Karenanya, masyarakat berinovasi untuk membalutnya dengan daun jati.
Nasi yang dibalut dengan daun jati bisa membuat nasi tersebut tahan basi hingga tiga hari. Syaratnya, nasi tersebut tidak terkontaminasi udara lain. Alias, tidak dibuka sebelum dimakan. Tidak heran, Nasi Jamblang ini menjadi bekal pekerja untuk makan saat bersembunyi dari pasukan Belanda.
Menarik sekali bukan cerita di balik kelezatan Nasi Jamblang? Jika Anda ingin mencoba menikmatinya, maka bersiap untuk merogoh kocek kiranya Rp15.000-Rp25.000. Salah satu tempat yang terkenal untuk menikmati Nasi Jamblang adalah Nasi Jamblang Pelabuhan. (red)
sumber: atmago.com