NEWS

Minim Literasi, Berakibat Buta Pengetahuan Tentang Bhairawa Tantra

CMN 101 – Bhairawa, kadang disebut Bhairo atau Bhairon atau Bhairadya, adalah salah satu perwujudan Siwa dalam bentuk yang menakutkan, dihubungkan dengan tindakan pemusnahan atau pembinasaan. Dia adalah salah satu dewa terpenting yg disucikan oleh umat Hindu dan Buddha Tantrayana.

Ia digambarkan berhiaskan belitan ular yang dikenakan sebagai anting, gelang, gelang kaki, dan tali kasta atau yajnopavita. Ia mengenakan cawat kulit harimau dan berhiaskan rangkaian tengkorak manusia. Bhairawa memiliki seekor serigala sebagai wahana atau kendaraan.

Bhairawa Tantra memang secara literatur merupakan suatu sekterian keagamaan Hindu yang melakukan pemujaan secara khusus atau bahkan berlebihan kepada hanya salah satu ornamen dewa dewi, menganggapnya sebagai bagian yang dapat menolong kehidupan dari sang pemuja. Kedudukan dewa dewi yang dipuja secara khusus itu diletakkan jauh lebih tinggi diatas kedudukan dewa dewi lainnya.

Bhairawa sendiri mempunyai makna raksasa, tetapi itu dalam arti kias atau perlambang. Sebab yang dimaksud adalah tata kelola nafsu dan keinginan mahluk yang mampu kemudian dirubah menjadi sangat besar diluar kewajaran. Nafsu atau keinginan yang berubah menjadi besar atau meraksasa itulah sang Bhairawa.

Didalam prakteknya yang banyak ditemukan pada era Dhaha, Singhasari hingga Majapahit, ada beberapa pemahaman baru tentang sektarian Bhairawa ini. Kalau umumnya kekuatan Bhairawa digunakan demi kepentingan perorangan atau golongan keagamaan itu sendiri, kekuatan Bhairawa telah di kelola menjadi bagian Dharma Ksatrya.

Pendidikan bela negara atau militerisme yang kuat pada era itu, telah memasukkan Bhairawa sebagai bagian kurikulum wajib upaya belanegara. Karena sifatnya yang sangat keras, kejam dan ekstrem pada lingkungannya, disebabkan sang penganut merasa sebagai alat dewa dewi yang dipuja, maka ilmu ini hanya diajarkan secara terbatas dilingkungan yang dipilih oleh sang guru.

Orang umum yang tahu keperkasaannya tetapi tidak memahami inti ajarannya bahkan menganggap sebagai aliran sesat yang harus dijauhi, mereka sadar kekuatan mereka juga tidak bisa melenyapkan keperkasaan Bhairawa yang jauh diatas mereka.

Bila kita masuk sedikit pada inti ajarannya, ternyata ada kewajiban tentang bela tanah air yang dibebankan dipundak penganut Bhairawa Tantra. Karena ada sebagian kekuatan fisik dan spiritualnya diserap dari Pertiwi, dan itu adalah ibu sumber kekuatan yang pantang untuk dikhianati apapun alasannya.

Kekuatan penganut Bhairawa secara fisik sangat luar biasa apalagi secara spiritual saat mereka mampu berkolaborasi dengan alam semesta. Sebagai Dharma Ksatrya yang mengarah pada kadigdayan dan bela negara inilah yang menyebabkan para bangsawan dan raja yang menganut Bhairawa Tantra.

Kalau dilambangkan dalam penggolongan, bisa menyebut penganut Bhairawa Tantra adalah golongan Ultra Nasionalis. Yang berani mempertaruhkan segalanya termasuk hidupnya demi membela kepentingan ibunya Pertiwi.

Setiap tetes darah lawan dan setiap daging lawan yang tercabik oleh senjatanya, memberikan mereka kekuatan ketika menjalankan dharma Bhairawanya. Ini menakutkan bagi lawan ataupun orang sekelilingnya yang tidak paham, menelan mentah ajaran sanepan Bhairawa yang seakan pengikutnya harus meminum darah dan memakan daging lawannya guna mencapai perkasa.

Ketika ilmu ini jatuh ketangan manusia yang salah, maka akan amat fatal akibatnya merusak lingkungan disekelilingnya. Maka dibuatlah struktur atau pembagian tingkatan, dimana bila ada penyelewengan ilmu oleh penganut Bhairawa, tingkat diatasnya yang harus turun untuk memusnahkannya.

Dimusnahkan karena memang tidak ada lagi kamus menyerah diantara para Bhairawa, bahkan mati adalah bagian penentu yang membuka gerbang kehidupan selanjutnya.

Diseputaran gunung Wilis pada khususnya, berbagai aliran Bhairawa yang ada disana, diantaranya Durga, Ganesha, dan yang tertinggi adalah Syiwa. Syiwa Bhairawa ini lebih bersifat ekseklusif dan tertutup, diajarkan pada lingkungan bangsawan tertinggi dan pemuka sekterian itu sendiri.

Mereka meyakini bahwa dirinya adalah alat dan bagian dari Syiwa dalam menertibkan dunia dan menghancurkan musuh-musuhnya. Sri Kertanegara dan Adityawarman adalah contoh penganut Syiwa Bhairawa yang kehadirannya sempat menggetarkan Nusantara.

Arca Syiwa Bhairawa itu duduk atau berdiri di atas seekor anjing atau Srigala dalam keadaan telanjang dengan hiasan-hiasan tengkorak dan kepala-kepala manusia pada seluruh badannya. Atribut pada tangan arca ialah sebuah belati lebar besar mirip keris bethok, trisula, gendang, dan mangkok tengkorak.

Sedangkan arca Durga Bhairawa duduk atau berdiri diatas mahesa atau lembu sebagai wahananya dengan atribut keDewaan nya yaitu Pedang khadga, tameng, kerang sangkakala, cakra dan lainnya. (red)

 

%d blogger menyukai ini: