Istana Maimun, Perpaduan Interior Dari Berbagai Bangsa

CMN 101 – Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia. Namun sayang, tempat wisata ini tidak bebas dari kawasan pedagang kaki lima.

Istana maimun medan merupakan bangunan bersejarah dan menjadi sebuah icon kota medan, dan bangunannya memiliki khas melayu yang berwarna kuning. Istana Maimun adalah salah satu istana paling indah di indonesia dengan arsitektur mempersona dan memiliki sejarah menarik.

Istana Maimun terletak di Desa kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kabupaten/Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m² dan memiliki 30 ruangan, yang terdiri dari 2 lantai, dan memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan.

Bangunan istana ini menghadap ke utara dan pada sisi depan terdapat bangunan Masjid Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Raya Medan. Keunikan istana maimun kota medan terlihat dari perpaduan kebudayaan melayu yang bernuansa Islam di negara besar lainnya seperti Italia, Spanyol dan India. Istana ini adalah peninggalan dari Kerajaan Deli yang di sebut istana putri hijau.

Di dalam istana terdapat sebuah marmer prasasti di depan tangga yang bertuliskan bahasa Belanda, yang merupakan bukti nyata terdapat pengaruh Belanda. Di dalamnya terdapat juga berbagai macam perabot seperti toilet, lemari, meja, kursi dan pintu. Di daerah komplek wisata istana terdapat juga sebuah meriam puntung. Warna kuning istana ini memiliki arti kebudayaan melayu, sedangkan nuansa eropa terlihat dari berbagai ornamen yang ada di istana seperti lemari, lampu, pintu dorong, kursi dan meja.

Istana Maimun adalah sebuah istana kesultanan deli di sumatera utara, dan di desain oleh arsitek Italia yang di bangun oleh Sultan Deli dan Sultan Mahmud Al Rasyid. Pembangunan istana maimun ini dimulai dari tanggal 26 Agustus 1888 dan selesai pada tanggal 18 Mei 1891.

Meriam puntung merupakan jelmaan dari adik putri hijau dari kerajaan Deli yang bernama Mambang Khayali. Putri Hijau menjelma menjadi senjata meriam, agar senantiasa mempertahankan istana dari serbuan pasukan raja Aceh, semua itu dilakukannya karena cintanya ditolak oleh sang putri Hijau.

Dikisahkan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang putri yang cantik jelita, bernama Putri Hijau, disebut putri hijau, karena tubuhnya memancarkan warna hijau. Putri hijau memiliki dua orang saudara laki-laki yang bernama Mambang Yasid dan Mambang Khayali.

Suatu ketika, datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh kedua saudaranya. Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam dan menembak membabi-buta tanpa berhenti.

Karena terus-menerus menembakkan peluru ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah menjadi dua. Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, dekat Kabanjahe. Sementara bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun. (red)

 

%d blogger menyukai ini: