Ini Kesaksian Pembuat Film Yang Ditahan Myanmar
CMN 101 – Seorang pembuat film Jepang, Kubota Toru yang sempat ditahan hampir empat bulan di Myanmar mengaku kehidupannya seperti di neraka. Dia meminta pemerintah Jepang untuk mengambil sikap lebih keras terhadap pelanggaran hak asasi manusia di negara yang dikuasai militer itu.
Junta militer Myanmar telah menangkap ribuan orang termasuk politikus, mahasiswa, wartawan dan warga asing sejak itu. “Itu mengerikan. Saya mengerti konsep neraka,” kata Kubota kepada wartawan di Tokyo, pada 28 Nopember.
Ia menceritakan kondisi di tahanan polisi, tempat dia pertama kali ditahan setelah ditangkap dalam sebuah aksi protes pada Juli lalu. Menurutnya, dia hampir tidak bisar berbaring untuk tidur di sel kecil yang penuh sesak, kotor dan tidak sehat.
Dia pun menyaksikan tahanan-tahanan lain dipukuli dengan pentungan. Kubota kemudian dipindahkan ke penjara Insein era kolonial Myanmar yang terkenal di mana dia ditahan di sel isolasi. Tokyo telah memotong bantuan ke Myanmar dan meminta junta militer untuk menghentikan kekerasan.
Namun, respons pemerintah Jepang masih lebih terkendali daripada sanksi-sanksi ketat yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan lainnya. “Saya berharap pemerintah Jepang akan mengambil sikap yang lebih kuat terhadap militer Myanmar,” kata Kubota.
Ia juga menambahkan bahwa setiap dana yang mengalir dari Jepang ke Myanmar harus diawasi dengan cermat. Kubota sebelumnya divonis penjara 10 tahun karena dianggap melanggar undang-undang penghasutan dan komunikasi. Kubota dibebaskan dalam amnesti massal bulan ini bersama mantan duta besar Inggris dan penasihat ekonomi Australia untuk pemimpin terguling Aung San Suu Kyi. (red)