NEWS

Halakha, Kumpulan Hukum Yahudi

CMN 101 – Halakha adalah suatu istilah untuk kumpulan hukum agama orang Yahudi, termasuk hukum yang tertulis dalam Alkitab Ibrani yaitu 613 mitzvot dan hukum Talmud maupun hukum rabbinik yang ditetapkan kemudian, serta sejumlah adat dan tradisi. Yudaisme tidak membedakan hukum-hukumnya dalam hal hidup beragama maupun di luar kehidupan agama.

Tradisi keagamaan Yahudi tidak membedakan secara jelas antara identitas agama, nasional ras, atau etnis. Halakha tidak hanya mengatur praktik-praktik dan keyakinan agama, tetapi juga berbagai aspek dari kehidupan sehari-hari.

Halakha sering diterjemahkan sebagai “Hukum Yahudi”, meskipun terjemahan yang lebih harfiah adalah “jalur” atau “jalanan”. Kata ini berasal dari akar kata Semitik yang bermakna “pergi” atau “berjalan”.

Dalam sejarahnya di diaspora, Halakha dijadikan oleh banyak komunitas Yahudi sebagai hukum sipil dan agama. Sejak Zaman Pencerahan, emansipasi, dan haskalah dalam era modern, orang Yahudi terikat pada Halakha hanya atas kemauan sukarela.

Di bawah hukum Israel sekarang, hukum status keluarga dan pribadi Israel tertentu berada di bawah otoritas pengadilan rabinik dan karenanya diperlakukan menurut Halakha. Beberapa perbedaan di dalam Halakha itu sendiri ditemukan di antara komunitas Yahudi Ashkenazi, Mizrahi, Sefardim, dan orang Yahudi Yaman, yang merupakan cerminan keragaman sejarah dan geografis berbagai komunitas Yahudi dalam Diaspora.

Kata Halakha berasal dari bahasa Ibrani halakh, yang berarti “berjalan” atau “pergi”. Jadi, terjemahan harfiah Halakha bukanlah “hukum”, melainkan “jalur perjalanan”. Istilah Halakha dapat merujuk ke suatu peraturan, atau keseluruhan teks hukum rabbinik, atau seluruh sistem hukum agama.

Halakha sering dikontraskan dengan Aggadah, yaitu kumpulan beragam literatur rabbinik tentang penafsiran, narasi, filsafat, mistik, dan hal-hal di luar hukum yang lain. Pada saat yang sama, karena penulis Halakha dapat memanfaatkan literatur aggadik atau bahkan yang mistik, ada pertukaran dinamis di antara jenis-jenis ini.

Halakha merupakan aplikasi praktis dari 613 mitzvot dalam Taurat, yaitu lima kitab Musa, atau disebut “Hukum Tertulis”, seperti yang dikembangkan melalui diskusi dan perdebatan dalam literatur rabinik klasik, terutama Mishnah dan Talmud, dan seperti yang dikodifikasikan dalam “Mishneh Taurat” atau “Shulchan Aruch”.

Halakha adalah panduan komprehensif untuk semua aspek kehidupan manusia, baik jasmani maupun rohani. Hukum-hukumnya, pedoman, dan opini mencakup berbagai macam situasi dan prinsip-prinsip, dalam upaya untuk mewujudkan apa yang tersirat oleh perintah inti Alkitab yaitu untuk menjadi “kudus seperti Aku Allahmu adalah kudus”.

Hukum-hukum itu meliputi apa yang diklaim sebagai cara hidup yang lebih baik bagi seorang Yahudi, berdasarkan pada apa yang tidak disebutkan, tetapi telah diturunkan dari Alkitab Ibrani. Karena Halakha dikembangkan dan diterapkan oleh berbagai otoritas halakhik, bukan dari satu “suara resmi” saja, maka individu dan komunitas yang berbeda mungkin memiliki jawaban yang berbeda untuk pertanyaan-pertanyaan halakhik.

Kontroversi ini memberikan banyak studi banding kreatif dan intelektual dalam literatur rabinik. Dengan beberapa pengecualian, kontroversi ini tidak diselesaikan melalui struktur otoritatif karena selama masa orang Yahudi dalam pengasingan mereka tidak mempunyai hierarki peradilan tunggal atau proses peninjauan banding untuk Halakha.

Sebaliknya, orang-orang Yahudi yang tertarik menjalankan Halakha biasanya memilih untuk mengikuti rabi atau afiliasi tertentu dengan masyarakat yang lebih terstruktur erat. Halakha telah dikembangkan dan dituangkan sepanjang banyak generasi sejak sebelum tahun 500 SM, dengan kumpulan literatur agamawi yang terus-menerus diperluas, yang dikonsolidasikan dalam Talmud.

Yang pertama dan yang terutama kumpulan itu membentuk suatu kelompok pendapat peradilan, undang-undang, adat istiadat, dan rekomendasi yang rumit, banyak di antaranya diwariskan selama berabad-abad, dan meliputi bermacam-macam perilaku yang mendarah daging, diteruskan ke generasi-generasi dari saat seorang anak mulai dapat berbicara. Selain itu, kumpulani itu juga merupakan subyek studi intensif dalam “yeshiva”

Secara luas Halakha meliputi aplikasi praktis perintah-perintah dalam Taurat, seperti yang dikembangkan dalam literatur rabinik yang kemudian. Menurut Talmud atau Traktat Makot, ada 613 mitzvot dalam Taurat.

Dalam bahasa Ibrani ini dikenal sebagai Taryag mitzvot. Ada 248 mitzvot positif dan 365 mitzvot negatif di dalam Taurat, ditambah dengan tujuh mitzvot disahkan oleh para rabi dari zaman kuno.

Hukum Yahudi dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Selain kategori dasar yang diterapkan pada mitzvot pada zaman kuno, selama abad pertengahan hukum Yahudi diklasifikasikan dalam karya-karya tulis antara lain dari Maimonides “Mishneh Torah” dan dari Yusuf Karo “Shulchan Aruch”. Pembagian kategori antara yang perintah yang diturunkan dan perintah rabbinik dapat mempengaruhi nilai pentingnya suatu peraturan, pelaksanaan dan hakikat penafsirannya yang terus berlangsung.

Otoritas halakha mungkin saja tidak setuju hukum yang mana masuk ke kategori tertentu atau latar belakang keadaan di mana putusan Rabbinik dapat ditinjau ulang oleh para rabbi pada zaman yang kemudian, tetapi semua orang Yahudi yang terikat pada halakha berpegang pada pendapat bahwa kedua kategori ini ada dan bahwa kategori pertama adalah yang tidak dapat diubah, dengan perkecualian hanya untuk penyelamatan nyawa dan keadaan darurat serupa.

Pengkategorian klasik kedua adalah antara hukum tertulis, yaitu hukum tertulis dalam Taurat pada Alkitab Ibrani, dan Hukum Lisan, yaitu hukum yang diyakini ditransmisikan secara lisan turun temurun sebelum dibukukan dalam teks-teks seperti Mishnah, Talmud, dan kode-kode hukum Rabbinik. Perintah-perintah dibagi atas perintah positif dan negatif, yang diperlakukan berbeda dalam hal hukuman ilahi dan manusia.

Perintah positif yang menurut tradisi berjumlah 248 “memerlukan” pelaksanaan suatu tindakan dan dianggap membawa pelakunya lebih dekat dengan Allah. Perintah negatif menurut tradisi berjumlah 365 “melarang” tindakan tertentu, dan pelanggarannya akan menciptakan jarak dari Allah. Dalam berjuang untuk “menjadi kudus” sebagaimana Allah itu kudus, seseorang berusaha sedapat mungkin untuk hidup sesuai dengan keinginan Tuhan bagi umat manusia, berusaha untuk hidup lebih sempurna lagi dengan semua perintah itu dalam setiap saat kehidupannya.

Yudaisme selalu berpegang bahwa orang yang bukan-Yahudi diwajibkan hanya mengikuti “Tujuh Hukum Nuh”. Ini adalah hukum lisan yang berasal dari perjanjian Allah dengan Nuh setelah peristiwa air bah, yang berlaku untuk semua keturunan Nuh, yaitu, semua orang yang hidup sekarang. (red)

 

%d blogger menyukai ini: