GKJW Suwaru
MALANG – Suwaru sering juga disebut Swaru, Nama Suwaru dapat dirunut dari kata dasar (tembung lingga) waru yang mendapat awalan (ater-ater) su sehingga menjadi kata jadian (tembung andhahan) suwaru.
Dalam bausastra Jawa – Indonesia yang disusun oleh S. Prawiroadmodjo (1989) disebutkan bahwa waru ialah pohon baru sedangkan su (Sansekerta Kawi) adalah awalan yang berarti baik, dengan demikian suwaru mempunyai makna pohon baru yang baik. Dasar pemberian sebuah nama pada umumnya dikaitkan dengan adanya harapan dari pemberi nama terhadap pemilik nama.
Nama Suwaru lebih tepat mempunyai makna pohon baru yang baik dengan bertolak pada dua hal, yaitu Pemberi nama adalah seorang cerdik dan Harapan pelopor babad Suwaru terhadap masa depan desa ini.
Para pelopor Babad Suwaru terdiri dari kumpulan orang-orang Kristen Jawa awal yang mempunyai leluhur antara lain keturunan Paku Buwana I dari Surakarta, keturunan Dipanegara dari Yogyakarta, dan kerabat (kadang sentono) Pangeran Cokrokusumo dari Bangkalan.
Pada tahun 1857 ditemukan daerah baru yang kemudian disebut Suwaru, pada saat Suromenggolo ( Sandiyo ) cicit Diponegoro dibaptis tahun 1852 Kromo Setjo berusia kira-kira 8 tahun, pada saat babat Suwaru 1857.
Ia berusia 13 tahun ikut dalam rombongan para pelopor Babad Suwaru. diusianya ke 16 pada tahun 1860, Ia menjadi Kepala Sekolah, tercatat sampai tahun 1875, dibantu oleh Ellypas. pada usia sekitar 26 tahun menjadi Aris (Kepala Desa) Suwaru (tertulis dimakamnya Aris Pansijoen).
Sehubungan dengan fungsi Bau Aris dapat diacu tulisan Jebus (1981) dalam peresmian desa-desa Kristen, yang di laksanakan di Mojowarno.
Perjuangan berat para pelayan dan orang-orang pribumi dan pendeta Zending dengan berpegang teguh pada tema yang tertulis di Mimbar “Allah anunggil kalawan kita” maka gerombolan orang Kristen di Soewaroe bagaikan “tumbuhan baru yang baik” sebagaimana makna nama Suwaru.
Perjuangan para pemimpin yang mendambakan hidup merdeka, misalnya Tunggulwulung dari Juwono, mengindikasikan adanya hubungan kelahiran dan perkembangan ‘gerombolan orang Kristen’ di Suwaru. Kondisi yang dialami para pendahulu kita dan peran dari para pendeta Zending sungguh telah mewarnai perkembangan GKJW Jemaat Suwaru. (red)