Evolusi Wisata Telaga Madiredo
MALANG – Telaga Madiredo pelan tapi pasti, melangkah maju untuk berubah menjadi icon desa, sekaligus tempat wisata. Dulunya, telaga ini “dicap” sebagai telaga angker, dan konon menjadi “pemukiman” berbagai makhluk astral.
Tapi, “image” itu tak berlaku lagi hari ini, perubahan besar-besaran dilakukan, dari zona angker menjadi zona wisata. Perubahan itu tidak instant, tapi bertahap, dan sudah dilakukan sebelumnya.
Telaga yang berlokasi di Desa Madiredo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, “dikepung” pemandangan eksotis areal pertanian, dan pegunungan maupun perbukitan. Dari sisi geografis, lokasinya tidak jauh dari jalur arah Kediri menuju Malang atau Batu.
Dijelaskan Juari, warga setempat, perubahan sudah dilakukan sebelumnya, tapi semua sarana dan prasarana masih belum full. Masih ada celah-celah yang perlu ditambal sulam, alias dirubah, agar menarik perhatian wisatawan.
“Harapannya wisata di telaga Madiredo ini bisa didatangi wisatawan dari berbagai daerah, tidak cuma dari Malang, tapi bisa dari mana saja, Kediri, Jombang, Blitar, Pasuruan, Lumajang, Surabaya. Bisa juga dari luar Jatim, mau Jateng, Bali, Yogyakarta, semua diharapkan datang ke tempat ini,” kata Juari.
Areal telaga dirombak habis-habisan, dan bila dibandingkan dengan 10 tahun lalu, sudah pasti jauh berbeda. Berbagai fasilitas seperti cafe yang dilengkapi wifi, toilet, hingga pentas seni, dibangun mengelilingi telaga Madiredo.
“Butuh konsep untuk membangun ini semua, tanpa konsep, tempat wisata tidak punya gambaran apapun kedepannya. Visi tidak jelas, misinya juga tidak jelas, akhirnya wisatanya tak direspon wisatawan. Disini, kita benar-benar membuat konsep yang jelas, konsep yang menatap masa depan,” sambung Juari.
Menurutnya, wisata selalu ada hubungannya dengan ekonomi, dan ekonomi ada hubungannya dengan kesejahteraan. Ia optimis, telaga Madiredo bakal menbawa domino effect bagi warga sekitar.
“Ini sudah waktunya, kalau sekarang seperti ini, kedepannya bisa menarik investor untuk menanam modalnya di desa ini. Kalau mereka sudah menanam modal, ada bisnis yang butuh tenaga kerja, ini peluang bagi masa depan anak-anak kita, bahkan cucu-cucu kita,” jelas Juari.
Selain telaga, ada gunung cilik yang lokasinya berdampingan dan membelah areal pertanian. Dari gunung cilik, pemandangan perbukitan maupun pegunungan terlihat jelas.
Gasebo-gasebo berukuran besar mengelilingi gunung cilik, sangat cocok bagi wisatawan untuk beristirahat, sambil menikmati pemandangan pedesaan. Selain gasebo, dibawah kaki gunung cilik dibangun zona pentas seni yang menghadap persis gunung atau bukit. (red)