Eksplorasi Wisata Kayangan Api
BOJONEGORO – Api Abadi adalah sebutan untuk semburan api di tengah hutan jati di daerah Bojongeoro. Api itu sangat unik karena tidak pernah padam walau diguyur oleh hujan yang paling deras sekalipun. Banyak wisatawan yang berkunjung kesana untuk menyimak keunikannya.
Bahkan ada juga yang membakar jagung atau membuat ayam panggang dan ayam bakar dengan memanfaatkan panas dari api itu. Api itu adalah salah satu bukti betapa besarnya kandungan gas panas bumi di Bojonegoro.
Selain api abadi itu juga ada bukti lainnya yaitu adanya penambangan minyak baik secara modern atau tradisional yang juga berada di tengah kawasan hutan jati. Nama Api Abadi juga biasa dikenal dengan nama Kayangan Api yang berada di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem. Lokasi wisata Kayangan Api itu sekitar 28 km arah barat daya dari pusat kota Bojonegoro.
Lokasinya berada di dalam hutan dengan vegetasi utama pohon jati. Selama perjalanan menuju ke Kayangan Api, selain deretan pohon jati, juga bisa dijumpai aktifitas warga yang sedang mencari ranting kayu sebagai bahan bakar.
Sekitar 75 meter dari gerbang masuk terdapat sumber api Kayangan Api yang berupa tumpukan batu. Di sekitar tumpukan batu itu mengeluarkan lidah api yang menimbulkan hawa panas di sekitarnya dengan mengeluarkan bau menyengat ala gas elpiji.
Sumber api itu dikelilingi dengan pagar yang terbuat dari besi dengan bentuk melingkar berdiameter sekitar 8 meter. Di sekitarnya terdapat empat candi Kelir yang masing-masing candi itu dikawal dengan sebuah patung Dwarapala pada sudut kanannya. Di bagian timur sumber api ini terdapat sebuah pohon jati yang cukup besar dan tinggi.
Sesuai dengan legenda tentang Kayangan Api, lokasi sekitar pohon itu merupakan petilasan yang konon dulunya menjadi tempat bersemedinya Mpu Kriya Kusuma atau Supagati, seorang Empu yang sakti pada masa kerajaan Majapahit. Di sekitar petilasan ini terdapat situs purbakala yang pada pertengahan Desember tahun 2010 lalu, telah diadakan penggalian dan penelitian oleh Tim Arkeolog dari Universitas Indonesia.
Dalam penggalian dan penelitian itu didapatkan penemuan tumpukan batu batu yang berwarna merah yang berukuran cukup panjang dan besar. Tumpukan batu bata yang terbuat dari tanah liat itu diduga merupakan bagian bangunan dari pura atau candi dengan aktifitasnya yang berkaitan dengan Kayangan Api di masa lampau.
Di sebelah barat sumber api sekitar 80 meter terdapat sumber air yang berwarna hijau dan bergelembung yang disebut dengan nama Sumber Air Blekutuk. Dari bau yang menguar di sekitarnya , sumber air itu mengandung belerang. Namun uniknya, air pada sumber ini bersuhu dingin. (red)