NEWS

Dari Kecoak Madagaskar Menuju Cyborg

CMN 101 – Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh lembaga ilmiah Jepang, Cluster for Pioneering Research (CPR) RIKEN melakukan penelitian dengan menciptakan kecoak cyborg yang bisa digunakan untuk membantu pencarian dan penyelamatan dengan cara menempelkan perangkat pemanen energi yang ada di tubuh kecoak.

Kecoak yang dipilih merupakan kecoak Madagaskar karena kecoak ini tidak terbang seperti kecoak kebanyakan. Kecoak ini mudah ditangani dan memilki panjang mencapai 6 cm dengan mengeluarkan suara mendesis.

Sebagai informasi, cyborg adalah integrasi mesin dan organisme yang tidak hanya dapat digunakan untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak pada organisme, tetapi juga untuk mewujudkan fungsi di luar kemampuan normalnya. Kecoak ini dilengkapi dengan sel surya ultra tipis 4 mikrometer yang menempel di punggungnya.

Metode menempelkan panel surya ini tidak menutup kemungkinan bisa diterapkan pada serangga lain. Peneliti mengklaim bahwa dengan melengkapi kecoak dengan sel surya ultra tipis, mereka dapat mengontrol kaki serangga tersebut dari jarak jauh untuk jangka waktu yang lama.

Para peneliti mempublikasikan temuan mereka di jurnal ilmiah npJ Flexible Electronics pada 5 September 2022. Misi kecoak cyborg menurut Indian Today, para ilmuwan mengembangkan kecoak cyborg untuk membantu pencarian dan penyelamatan dengan cara menempelkan perangkat pemanen energi yang ada di tubuh kecoak.

Sistem perangkat ini dapat digunakan untuk memantau lingkungan, melacak pergerakan, dan mengoordinasikan misi pencarian hingga penyelamatan selama bencana alam. Para peneliti akan mengembangkan “ransel” berupa sel surya tipis yang menempel di badan kecoak dan dihubungkan ke sistem saraf organisme tersebut.

Dengan begitu, harapannya, studi terbaru ini dapat berkontribusi untuk pemanfaatkan serangga cyborg, termasuk kemampuannya untuk mencari korban selamat yang terperangkap di puing-puing atau di zona gempa yang berbahaya.

Bisa dikendalikan dan diisi ulang Meskipun komponen elektronik terpasang, kecoak masih bisa bergerak bebas karena peneliti menyisipkan bagian perekat dan non-perekat ke film sel surya untuk mengakomodasi gerakan alami serangga.

Melalui listrik yang dipasok oleh sel surya ultra tipis itu, tim dapat mengontrol gerakan kecoak melalui modul kontrol nirkabel yang terpasang di dada dengan menerapkan stimulasi listrik ke organ sensorik yang disebut cercus di segmen paling belakang serangga.

Menurut Indian Express, para peneliti juga merancang sistem yang dapat diisi ulang dengan menyalakan modul sel surya 0,004 mm super tipis. Nantinya sistem ini dipasang di sisi punggung perut kecoak.

Hal ini dilakukan untuk memastikan baterai tetap terisi daya dan kecoak dapat dikendalikan untuk waktu yang lama, sekaligus memastikan pergerakannya tidak terhalang. Sementara pengisian daya selama 30 menit memungkinkan sekitar dua menit kapasitas kendali jarak jauh. (red)

%d blogger menyukai ini: