NEWS

Candi Gondosuli

TEMANGGUNG – Situs Gondosuli terletak Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Gondosuli sebuah desa di lereng  gunung Sumbing tepatnya di Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung, menuju desa ini tidaklah sulit, sebab akses jalan menuju desa bisa dilalui kendaraan.

Untuk ke lokasi  Desa Gondosuli menempuh jarak sekitar 12 Km dari pusat kota Temanggung, tepatnya dari lokasi RSK Ngesti Waluyo Parakan berjalan kearah selatan menyusuri jalan di lereng Gunung Sumbing lebih kurang 3 Km.

Ahli purbakala dari Australia, Prof Dr JG Casparis, menduga candi Gondosuli dibangun pada abad ke-9. Casparis juga memperkirakan kalau bentuk bangunan candi ini tidak berbeda jauh dari bangunan-bangunan candi yang dibangun pada abad tersebut dan berada disekitarnya.

Candi-candi yang dimaksud Casparis antara lain puluhan candi di Dieng, candi Gedongsongo, dan candi Pringapus di Temanggung. Candi Gondosuli, yang berasitektur Hindu, diperkirakan juga dibangun Rakai Patapan. Ia merupakan salah seorang anak dari Sanjaya, raja pertama Mataram Hindu. Rakai Patapan sendiri merupakan raja ke-5.

Berdasarkan catatan candi ini didirikan oleh Dang Karayan Mpu Palar pada tahun 754 Saka atau 832 Masehi, dan menempati areal seluas 4.992 M, sebagai bangunan suci persembahan untuk Sang Hyang Wintang.

Prasasti Gondosuli dipahat pada batu besar dengan panjang 290 cm, lebar 110 cm dan tinggi 100 cm, sedangkan bidang yag ditulis berukuran 103 x 54 cm2.

Pada baris pertama terdapat tulisan “Nama Syiwa Om Mahayana, sahin mendagar wa’zt tanta pawerus darma”,diterjemahkan  “Bakti kepada Dewa Siwa, Om Mahayana, di semua batas hutan pertapaan, tua dan muda, laki-laki dan perempuan, mendengarkan hasil perbuatan yang baik”.

Prasasti ini berisi penghibahan tanah, dimana tanah itu digunakan untuk bangunan candi, serta untuk memperingati pembangunan patung raja disebuah preseda yang disebut Sang Hyang Wintang.

Selain prasasti, ditemukan pula reruntuhan bebatuan candi yang berserakan disekitarnya. Belum diketahui berapa luas candi tersebut, karena bentuknya sudah tidak utuh lagi. Batu-batu yang berserakan itu diperkirakan hanya bagian atas candi, sedangkan sebagian besar bangunan candi terpendam dalam tanah.

Keterangan lain Prasasti Gondosuli diterjemahkan sebagai proklamasi dari Dang Karayan Mpu Palar atau Raja Raharayan Pertapan Mpu Palar yang pada tahun 754 Saka telah memerintah kerajaan besar yang merdeka. Menurut Stapaka atau ahli patung, patung Raja Raharayan di dalam candi yang berdiri di atas tanah kuno atau tanah bunga adalah perwujudan Sang Hyang Wintang.

Selanjutnya disebutkan pula beberapa nama seperti Rakai Kayuwangi atau Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Mpu Bokapala Sri Sajjanowatunga, dan raja-raja yang memerintah di Jawa bagian Tengah dari  Kerajaan Mataram Kuno yang kesemuanya ada 12.

Rakai Wawa adalah raja terakhir dari zaman Mataram Hindu yang merupakan menantu Mpu Sendok, kemudian memindahkan kerajaannya ke Jawa bagian Timur dan menjadi raja pertama pada sebuah kerajaan Medang yang berada di lembah sungai Brantas. (red)

%d blogger menyukai ini: