NEWS

Belanda Rawan Tersandung Di Penyisihan Grup Piala Dunia 2022

MALANG – Sepintas, ‘tim oranye’ Belanda bakal enjoy menghadapi lawan-lawannya di penyisihan grup Piala Dunia 2022. Berada di grup A, Belanda harus bersaing dengan Qatar, Senegal dan Ekuador, untuk berebut 2 tiket ke perdelapan final.

Dari sisi rangking FIFA, Belanda nongkrong di peringkat 8 dunia dan 6 Eropa, jauh diatas Senegal di peringkat 18, dan kuda hitam dari benua Amerika Latin, Ekuador yang duduk di peringkat 44, serta Qatar, sang tuan rumah Piala Dunia 2022, berada di peringkat 49. Ini hitung-hitungan rangking versi FIFA, bukan teknis, juga bukan non teknis.

Dalam 32 tahun terakhir penyelenggaraan Piala Dunia, hanya Afrika Selatan sebagai tuan rumah edisi 2010, gagal lolos ke perdelapan final. Bila berpikir ‘non teknis’ yang kemungkinan terjadi, Qatar berpeluang besar menjaga rekor sebagai tuan rumah yang lolos ke babak selanjutnya.

Di tahun 1994, Amerika Serikat yang saat itu menjadi tuan rumah, sama sekali tidak diperhitungkan lolos ke perdelapan final. Nyatanya, negeri ‘Paman Sam’ lolos ke perdelapan final, setelah secara mengejutkan menumbangkan Kolombia, dan pertandingan ini berujung tragedi tewasnya pemain kolombia, akibat gol bunuh diri yang dibuatnya.

Di tahun 2002, Jepang dan Korea, sukses melaju ke perdelapan final, walaupun keduanya sempat diragukan bisa lolos dari penyisihan grup. Yang paling mengejutkan adalah Korea, mampu menumbangkan raksasa Eropa, Italia dan Spanyol, kendati kedua pertandingan itu diwarnai keputusan kontroversial.

Belanda pernah mengukir sejarah Piala Dunia dengan tampil 2 kali berturut-turut di partai final. Uniknya, Belanda gagal meraih trophy tertinggi sepakbola sejagad, setelah dikalahkan Jerman Barat dan Argentina, keduanya berstatus tuan rumah Piala Dunia (edisi 1974 dan 1978).

10 tahun sesudahnya, Belanda sukses mengangkat trophy tertinggi di benua Eropa (Euro 1988), setelah mengalahkan Uni Sovyet. Di Piala Dunia 1998, Belanda menunjukan kelasnya dengan berada di peringkat 4.

Kekuatan ‘total football’ yang pernah berjaya di era 1970an, kembali dipamerkan saat Belanda tampil di Piala Dunia 2010. Sayang, Belanda harus mengakui keunggulan Spanyol di partai final, dan harus ‘legowo’ hanya menyandang predikat runner up.

Di Piala Dunia 2014, Belanda nyaris mengulangi hasil serupa 4 tahun sebelumnya, usai ditaklukan Argentina di Semi Final. Beruntung Belanda masih memiliki ‘DNA’ juara, saat mengalahkan tuan rumah Brasil di perebutan peringkat 3.

Nasib Belanda kandas di Piala Dunia 2018 lalu, dan hanya sebagai penonton, setelah gagal lolos dari kualifikasi zona Eropa. 4 tahun berlalu, Belanda kembali tampil di turnamen empat tahunan tersebut.

Sudah menjadi tradisi, tim benua Afrika selalu ada yang lolos ke perdelapan final. Di tahun 1990, Kamerun tampil luar biasa menembus perempat final. Disusul Nigeria di 2 edisi berturut-turut, yaitu tahun 1994 dan 1998.

Di tahun 2002, giliran Senegal membuktikan kekuatan sepakbola Afrika dengan menembus hingga perempat final, yang akhirnya dihentikan Turki, usai dikalahkan 0-1. Berikutnya Ghana lolos ke perdelapan final di edisi 2006, dan tampil di perempat final di edisi 2010.

Nigeria dan Aljazair memecahkan rekor Piala Dunia (sebelumnya hanya 1 negara), dengan tampil di perdelapan final sebagai 2 wakil dari benua Afrika pada tahun 2014. Namun, di tahun 2018, tak satupun wakil dari benua Afrika lolos ke perdelapan final, semua terhenti di penyisihan grup.

Membawa pamor juara Piala Afrika, Senegal dipastikan bakal ngotot di Piala Dunia ini. Belanda harus extra hati-hati saat menghadapi Senegal, dan kemungkinan besar, tim inilah yang bakal menjadi ‘penjegal’ langkahnya lolos ke perdelapan final.

Kuda hitam dari Amerika Latin, Ekuador, bisa jadi batu sandungan Belanda di penyisihan grup. Prestasi mengejutkan pernah ditoreh Ekuador di Piala Dunia 2006, saat menumbangkan Polandia dengan skor 2-0, Kostarika 3-0 dan langkahnya terhenti di perdelapan final, usai dikalahkan Inggris.

Menurut ilmu matematika sepakbola, Belanda bakal lolos ke perdelapan final. Namun, perhitungan matematika itu tidak baku, alias rumusnya bukan ilmu pasti, dalam artian hanya mengacu rangking FIFA atau ‘pamor’ dari tim itu sendiri.

Formasi 3-4-1-2 yang diusung Manager Coach Belanda, Louis van Gaal, kemungkinan besar akan tetap dipertahankan di Piala Dunia mendatang. Namun, kemungkinan akan ada perubahan sedikit, mengingat tipikal permainan lawan yang dihadapinya berbeda ketika mereka bertanding di kualifikasi zona Eropa.

Starting eleven Belanda, kemungkinan akan tetap mempertahankan duet Janssen dan Lang di barisan terdepan, sedangkan di sedikit ke belakang ditempati Gakpo. Kwartet lini tengah diisi Hateboer, Koopmeiners, de Jong, dan Malacia. Sedangkan trio penyortir serangan lawan, akan diisi Teze, de Ligt, dan Martins Indi, sekaligus benteng pertahanan lini belakang. Cillessen kemungkinan masih menjadi pilihan utama di bawah mistar gawang, sekaligus ‘tembok’ pertahanan terakhir Belanda.

Bagaimana nasib Belanda di Piala Dunia ini, mampukah melewati tuan rumah Qatar, Senegal sang juara Piala Afrika, dan si kuda hitam Ekuador? Semua masih tanda tanya. Prediksi tetaplah prediksi, bisa benar, bisa juga salah, karena tidak ada kepastian dari suatu prediksi. (red)

 

%d blogger menyukai ini: