NEWS

Arca Joko Dolog

SURABAYA – Arca Joko Dolog yang berada di Taman Apsari Kota Surabaya, dikenal juga dengan Arca Buddha Mahasobya yang disebut-sebut sebagai perwujudan dari Raja Kertanegara, yaitu Raja Singhasari. Arca Joko Dolog ini dibuat pada tahun 1211 Saka atau 1289 M. Arca ini dibuat untuk menghormati Raja Kertanegara Putra Wisnu Wardhana sebagai raja Singhasari pada masa itu.

Pada lapik arca Joko Dolog  terdapat inskripsi berbentuk prasasti yang merupakan sajak, yang berbahasa Sansekerta, dan prasasti ini dinamakan Wurare, mengambil nama asal mula diketemukannya arca tersebut, tepatnya di Desa Kandang Gajah, Wurare, desa Bejijong, kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Berdasarkan inskripsi bahasa Jawa kuno pada arca tersebut, diketahui terdapat harapan Kertanegara atas kembalinya dua wilayah, yaitu Jenggala dan Panjalu.

Pada tahun 1817 arca ini dibawa ke Surabaya yang rencananya akan dibawa ke Belanda, di era Residen De Salls.  Tapi arca ini terlalu berat untuk diangkut dengan perahu dari Simpang ke pelabuhan untuk tujuan Eropa. Karena tidak berhasil dibawa, maka arca Joko Dolog tetap disimpan di lahan yang tidak jauh dari Istana Simpang atau sekarang gedung Grahadi.

Arca Joko Dolog dipahat oleh seseorang yang bernama Nada, dan pembuatannya dilakukan sekitar tiga tahun sebelum Raja Kertanegara meninggal karena dibunuh oleh tentara Jayakatwang. Arca Joko Dolog memiliki panjang 166 cm, lebar 138 cm, serta tebal 105 cm.

Arca tersebut digambarkan dengan kepala gundul serta dibuat dengan posisi duduk dan bersikap Bhumisparsa mudra, yang melambangkan memanggil bumi sebagai saksi, dimana tangan kiri berada di atas pangkuan, sedangkan tangan kanan menelungkup di atas lutut.

Prasasti berbahasa Sanskerta di bawah arca tersebut berisi 19 bait yang mengandung sejarah yang berkembang pada masa itu, yakni mengenai perebutan kekuasaan terhadap pembagian tanah Jawa menjadi Jenggala dan Panjalu, yang mana akhirnya keduanya dapat disatukan kembali oleh Raja Wisnu Wardhana. Prasasti pada Arca Joko Dolog juga bertuliskan angka 1211 Saka atau 1289 Masehi, yang mana tahun tersebut merupakan tahun dibuatnya Arca Joko Dolog.

Terjemahan bebas dari inskripsi tersebut, “Pada suatu saat ada seorang pendeta yang benama Arrya Bharad bertugas membagi Jawa menjadi 2 bagian, yang kemudian masing-masing diberi nama Jenggala dan Panjalu. Pembagian kekuasaan ini dilakukan karena ada perebutan kekuasaan diantara putra Mahkota. Pada masa pemerintahan raja Jayacriwisnuwardhana dan permaisurinya, Crijayawarddhani, kedua daerah itu disatukan kembali. Pentahbisan raja sebagai Jina dengan gelar Crijnanjaciwabajra. Perwujudan sebagai Jina Mahasobya didirikan di Wurare pada 1211 Saka. Raja dalam waktu singkat berhasil kembali menyatukan daerah yang telah pecah, sehingga kehidupan menjadi sejahtera”.

Penyatuan dua wilayah Panjalu dan Jenggala ini adalah impian Raja Kertanegara, tetapi gagal, karena sebelum ia mewujudkan impian itu, Raja Kertanegara wafat terlebih dahulu karena dibunuh oleh Jayakatwang dari Kerajaan Gelanggelang pada 1214 Saka atau 1292 M.

Kertanagara naik takhta Singhasari tahun 1190 Saka atau 1268 Masehi menggantikan ayahnya, Wisnuwardhana. Menurut Pararaton ia adalah satu-satunya raja Singhasari yang naik takhta secara damai. Kertanagara merupakan sosok raja Jawa pertama yang ingin memperluas kekuasaannya mencakup wilayah Nusantara. Namun diakhir hayatnya, Kertanagara terbunuh dalam pemberontakan Jayakatwang.

Untuk mewujudkan ambisinya, dilaksanakanlah ekspedisi Pamalayu yang bertujuan untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sumatra, sehingga dapat memperkuat pengaruhnya di selat Malaka yang merupakan jalur ekonomi dan politik penting. Ekspedisi ini juga bertujuan untuk menghadang pengaruh kekuasaan Mongol yang telah menguasai hampir seluruh daratan Asia.

Beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa Ekspedisi Pamalayu ini bertujuan untuk menjalin kekuatan untuk menghadapi orang Mongol dari Dinasti Yuan yang berkedudukan di Khanbalik. saat itu Dinasti Yuan atau dikenal sebagai Dinasti Mongol sedang melakukan ekspansi wilayah bahkan memiliki bentangan yang cukup luas.

Selain itu, di era Raja Kertanegara inilah, dibuka permukiman baru yang diberi nama “Surabaya”. Pembukaan permukiman bernama Surabaya pada tahun 1197 Saka atau 1275 Masehi ini untuk menghormati para prajurit Kertanegara yang berhasil membantu meredam pemberontakan Kemuruhan pada tahun 1192 Saka atau 1270 Masehi. Di antara masa 1197 Saka hingga 1192 Saka inilah sebuah permukiman baru disiapkan oleh Kertanegara dan resmi pada tahun 1192 Saka permukiman baru ini dibuka untuk dihuni oleh prajurit Kertanegara. (red)

%d blogger menyukai ini: